TAJOM.ID,- Smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Di Indonesia, lebih dari 338 juta pengguna ponsel seluler menggunakan HP rata-rata beberapa jam per hari. Namun, keseharian ini membawa konsekuensi yang belum banyak disadari, yaitu potensi radiasi radiofrekuensi (RF) dan paparan sinar biru (blue‑light) terhadap organ vital, seperti mata. Meski dianggap aman oleh banyak pihak, sejumlah penelitian mulai menunjukkan adanya dampak terhadap struktur dan fungsi mata.
Radiasi RF: Bisakah Mempengaruhi Mata?
Radiasi HP berasal dari gelombang radiofrekuensi yang digunakan untuk mengirimkan sinyal. Menurut WHO dan IARC, radiasi RF diklasifikasikan sebagai “possibly carcinogenic” (grup 2B), artinya terdapat kemungkinan risiko, meski bukti kausal belum kuat . Namun penelitian khusus mengenai mata menunjukkan hal yang menarik.
Penelitian klinis (India, 2022) melibatkan 200 orang dewasa dan menemukan bahwa penggunaan ponsel dapat merubah dinamika film air mata (TBUT dan Schirmer test) dan meningkatkan ketebalan kornea, indikatif peningkatan laju penguapan serta peningkatan suhu permukaan mata .
Selain itu, riset pada tikus menunjukkan radiasi RF memicu stres oksidatif, peradangan, dan bahkan perubahan sistem hormonal .
Secara sederhana, meski radiasi HP tidak cukup kuat untuk merusak DNA (non-ionizing), efek termal dan biokimia yang ditimbulkan jangka panjang dapat mengganggu homeostasis mata.
Blue-Light: Bahaya yang Tak Boleh Diabaikan
Layar ponsel memancarkan blue-light, spektrum biru yang energinya rendah namun mampu menimbulkan efek kronis.
Sebuah ulasan di NCBI menyatakan bahwa paparan lampu biru berkepanjangan bisa merusak struktur dan fungsi retina .
Studi di ResearchGate menegaskan adanya kaitan antara penggunaan ponsel dan degenerasi makula, mata kabur, kelelahan mata, hingga gangguan fokus .
UC Davis Health menambahkan, paparan sinar biru bisa mendorong risiko katarak, degenerasi makula, bahkan pertumbuhan sel abnormal di permukaan mata .
Meski Harvard menyebut bahwa paparan normal tidak meningkatkan risiko degenerasi makula signifikan , kombinasi gejala seperti mata kering, kelelahan, dan sakit kepala tetap banyak dilaporkan.
Gejala Umum dan Kondisi Mata Terkait
Data menunjukkan penggunaan smartphone berkepanjangan memperbesar kemungkinan berbagai gejala mata:
Mata kering & iritasi: penurunan frekuensi berkedip saat menatap layar lama mempercepat penguapan air mata .
Mata lelah (asthenopia): ketegangan otot mata akibat fokus terus-menerus.
Penglihatan kabur & gangguan akomodasi.
Glaukom: riset EH Trust menunjukkan radiasi akut HP dapat menaikkan tekanan intraokular (Intraocular Pressure/IOP) pada penderita glaucoma.
Degenerasi makula & katarak: risiko jangka panjang akibat blue‑light.
Kontroversi Penelitian dan Posisi Resmi
Pendapat resmi lembaga kesehatan besar masih berhati-hati:
- Lembaga | Posisi
- NCI (National Cancer Institute) | Tidak menemukan bukti kuat bahwa RF menyebabkan kanker; efek biologis terbatas pada peningkatan suhu lokal.
- CDC | Klasifikasi “possibly carcinogenic”; sangat diperlukan penelitian lebih lanjut, termasuk efek pada mata .
- ICNIRP | Standar radiasi ditetapkan untuk mencegah efek termal; belum mengidentifikasi efek non-termal pada mata .
Studi jangka panjang seperti COSMOS juga belum menemukan hubungan langsung antara radiasi ponsel dan kanker dalam 10 tahun penggunaan, tetapi masih diperlukan pengawasan jangka panjang .
Cerita Nyata & Perhatian di Konten Media
Laporan populer di media menunjukkan kekhawatiran nyata terhadap radiasi smartphone:
Sebuah artikel GQ era 2010 menggali kekhawatiran Alan Frey terkait perubahan neurologis akibat gelombang RF: “He could ‘hear’ radar neuron damage”.
BBC (2014) mengutip kekhawatiran optik mengenai blue-violet light yang “berpotensi berbahaya bagi mata … jangka panjang mungkin meningkatkan risiko degenerasi makula”.
Keluhan umum seperti sakit kepala, mata sakit, dan insomnia juga muncul di studi fenomena “electromagnetic hypersensitivity”, meski kemungkinan besar bersifat psikologis.
Rekomendasi: Menjaga Mata di Zaman Digital
Menghadapi ketidakpastian ilmiah, langkah-langkah berikut terbukti efektif dalam melindungi mata:
1.Prinsip 20-20-20: Setiap 20 menit menatap layar, alihkan pandangan ke objek sejauh ±6 meter selama 20 detik.
2.Kurangi durasi layar: Batasi pemakaian HP, khususnya 2–3 jam non-stop; istirahat setiap 30–60 menit.
3.Gunakan filter sinar biru: Mode malam (night mode) atau kacamata khusus dapat membantu.
4.Atur jarak & pencahayaan: Jaga jarak layar sekitar 40-45 cm, gunakan pencahayaan ruangan lembut.
5. Tingkatkan frekuensi berkedip: Sadarilah pentingnya kedipan 10 kali berkedip setiap beberapa menit akan membantu menjaga mata lembap .
6. Gunakan hands-free: Minimalkan kontak langsung dengan HP untuk mengurangi radiasi RF ke kepala dan mata.
7.Lakukan cek mata rutin: Khususnya bagi yang menghabiskan >4 jam sehari di depan layar.
Kesimpulan
Bahaya radiasi HP terhadap mata bukan mitos, melainkan kombinasi dari efek radiasi RF, blue‑light, dan gaya hidup layar intensif. Meski bukti ilmiah belum definitive, gejala awal seperti mata kering, lelah, dan gangguan fokus semakin sering dilaporkan. Oleh karena itu:
Pendekatan preventif tetap bijak: terapi berkedip, jeda layar, filter blue‐light, dan hands‑free.
Riset lanjutan,sangat diperlukan untuk mengklarifikasi risiko kronis dan spesifik terhadap mata.
Sikap proaktif & edukatif harus dimiliki oleh pengguna, regulator, dan produsen smartphone agar kesehatan mata tetap terlindungi di era digital.
Referensi Utama
Studi klinis India terkait TBUT, kornea, dan mata kering.
Penelitian blue‑light dan retina dari NCBI dan UC Davis.
Posisi resmi WHO, CDC, NCI, ICNIRP.
Kasus neurologis Frey dan laporan media.
Penutup:
Radiasi HP dan efek sinar biru tidak boleh diabaikan meski belum mencapai konsensus ilmiah penuh. Masyarakat, khususnya pengguna ponsel aktif, dianjurkan untuk menerapkan kebiasaan sehat sebagai bentuk mitigasi risiko mata. Semoga artikel ini mendorong kesadaran dan tindakan preventif yang lebih luas.