TAJOM.ID,- Sebagian besar dari kita pasti pernah atau bahkan sering mengalami atau melihat orang lain mengeluarkan bunyi khas “kretek” saat menarik atau menekuk jari-jari tangan, punggung, leher, atau bagian tubuh lainnya. Bunyi ini bisa terdengar memuaskan bagi sebagian orang, bahkan menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan. Namun, tidak sedikit pula yang merasa ngeri mendengarnya, atau percaya bahwa kebiasaan ini bisa menimbulkan efek buruk bagi sendi.
Fenomena ini sudah lama menarik perhatian masyarakat dan para ilmuwan. Meskipun tampak sepele, bunyi kretek yang muncul saat sendi “dipatahkan” sebenarnya memiliki penjelasan ilmiah yang cukup kompleks dan menarik.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa penyebab bunyi tersebut, bagaimana tubuh kita menghasilkan suara “kretek”, mitos yang beredar seputar kebiasaan ini, dan apakah kebiasaan tersebut berdampak negatif bagi kesehatan sendi kita.
Apa Penyebab Bunyi “Kretek” pada Sendi?
1.Kavitasi: Fenomena Fisik di Balik Bunyi Sendi
Penjelasan paling umum dan diterima secara ilmiah untuk bunyi “kretek” pada sendi adalah kavitasi. Istilah ini merujuk pada terbentuknya rongga atau gelembung gas di dalam cairan sendi (disebut juga cairan sinovial), yang terjadi akibat perubahan tekanan di dalam sendi.
Sendi-sendi tubuh kita, khususnya sendi sinovial (seperti pada jari-jari tangan), dilumasi oleh cairan sinovial. Cairan ini mengandung gas-gas terlarut seperti oksigen, nitrogen, dan karbon dioksida. Ketika kita menarik atau memutar sendi secara tiba-tiba, tekanan di dalam kapsul sendi turun drastis. Penurunan tekanan ini menyebabkan gas-gas yang terlarut di dalam cairan sinovial membentuk gelembung secara cepat. Ketika gelembung tersebut meletus atau terbentuk secara cepat, muncul suara “pop” atau “kretek” yang khas.
Fenomena ini sangat mirip dengan membuka botol minuman bersoda. Ketika botol dibuka, tekanan di dalamnya turun dan gas yang terlarut keluar dalam bentuk gelembung, menghasilkan suara mendesis.
2. Perpindahan Struktur Sendi
Selain kavitasi, ada beberapa teori lain yang menjelaskan bunyi ini, seperti:
Pergerakan ligamen atau tendon yang bergeser melewati tonjolan tulang atau struktur lain di sekitar sendi, lalu kembali ke posisi semula.
Gesekan antar permukaan sendi atau perubahan posisi cepat pada struktur tulang rawan juga bisa menghasilkan suara serupa.
Namun, mayoritas suara kretek saat “mematahkan” jari biasanya berasal dari kavitasi.
Kenapa Bunyi Kretek Tidak Bisa Diulang Segera?
Pernahkah kamu mencoba mematahkan jari yang sama dua kali berturut-turut? Biasanya, bunyi “kretek” tidak akan terdengar lagi sampai beberapa menit kemudian. Ini karena setelah kavitasi terjadi, gas yang terlepas dari cairan sinovial butuh waktu untuk larut kembali. Proses ini dikenal sebagai resolusi gas, dan bisa memakan waktu sekitar 20 hingga 30 menit. Setelah gas kembali larut sepenuhnya, bunyi bisa dihasilkan kembali.
Apakah Mengkretekkan Jari atau Tubuh Berbahaya?
Ini adalah pertanyaan yang paling sering muncul terkait kebiasaan mengkretekkan jari. Banyak orang percaya bahwa kebiasaan ini bisa menyebabkan:
- Radang sendi (artritis)
- Kerusakan sendi
- Pelebaran sendi atau tangan menjadi “besar”
- Lemahnya genggaman tangan
Namun, hingga kini, tidak ada bukti ilmiah kuatyang mendukung klaim tersebut.
1. Penelitian Klasik oleh Dr. Donald Unger
Salah satu studi paling terkenal mengenai hal ini dilakukan oleh Dr. Donald Unger, yang selama lebih dari 60 tahun secara konsisten mengkretekkan jari tangan kirinya dua kali sehari, tetapi tidak pada tangan kanannya. Setelah puluhan tahun, tidak ada perbedaan signifikan pada kondisi sendi di kedua tangannya. Penelitian ini bahkan membuat Dr. Unger dianugerahi Ig Nobel Prize pada tahun 2009—penghargaan untuk penelitian ilmiah yang tidak biasa tapi bermakna.
2.Studi Lain Mendukung Kesimpulan yang Sama
Beberapa studi yang lebih formal juga menemukan bahwa tidak ada kaitan langsung antara kebiasaan mengkretekkan jari dan terjadinya arthritis atau kerusakan sendi. Dalam studi yang diterbitkan di Journal of the American Board of Family Medicine, para peneliti menyimpulkan bahwa “cracking” jari tidak berkaitan dengan nyeri sendi atau berkurangnya kekuatan genggaman tangan.
Namun, jika kebiasaan ini disertai dengan rasa sakit, pembengkakan, atau keterbatasan gerak, itu bisa jadi pertanda kondisi medis yang lebih serius seperti:
- Radang sendi
- Cedera ligamen atau tendon
- Gangguan tulang rawan
Dalam kasus tersebut, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau fisioterapis.
Mitos dan Fakta Seputar Mengkretekkan Sendi
Mitos: Mengkretekkan jari menyebabkan arthritis
Fakta:Tidak ada bukti ilmiah kuat yang mendukung klaim ini. Sejauh ini, riset menunjukkan tidak ada hubungan langsung antara kebiasaan ini dan munculnya arthritis.
Mitos: Jari akan membesar jika sering dikretekkan
Fakta:Tidak ada studi yang menunjukkan pertumbuhan jaringan atau pembesaran sendi akibat kebiasaan ini. Namun, pada kasus ekstrem, jika seseorang mengkretekkan jari secara agresif dan terus-menerus, bisa saja terjadi pembengkakan ringan atau iritasi jaringan lunak.
Mitos: Suara kretek menandakan kerusakan sendi
Fakta:Suara tersebut biasanya berasal dari gelembung gas dan bukan indikasi adanya kerusakan. Namun, jika disertai nyeri atau pembengkakan, bisa saja ada kondisi lain yang menyertainya.
Mengapa Banyak Orang Merasa Puas Setelah Mengkretekkan Sendi?
Selain aspek fisik, terdapat juga dimensi psikologis dan neurologis dari kebiasaan ini. Banyak orang mengaku merasa lega atau “plong” setelah mengeluarkan bunyi dari sendi-sendi mereka. Ini bisa disebabkan oleh:
- Relaksasi otot: Kadang setelah sendi dikretekkan, terjadi pelepasan ketegangan pada jaringan sekitar, sehingga terasa lebih rileks.
- Respons saraf: Perubahan cepat pada posisi sendi dapat memicu respons sistem saraf, menghasilkan sensasi “puas” atau kelegaan.
- Aspek kebiasaan:Kebiasaan ini bisa menjadi semacam coping mechanism atau ritual kecil yang memberi rasa nyaman, terutama saat stres atau gelisah.
Kesimpulan: Apakah Aman Mengkretekkan Jari?
Secara umum, mengkretekkan sendi, termasuk jari tangan, adalah aktivitas yang aman bagi kebanyakan orang, selama tidak disertai dengan nyeri, bengkak, atau gangguan fungsi. Bunyi yang dihasilkan bukanlah tanda kerusakan, melainkan akibat dari gelembung gas yang terbentuk dan pecah dalam cairan sinovial.
Namun, kebiasaan ini tetap perlu dilakukan dengan wajar dan tidak berlebihan. Jika kamu merasa terganggu, merasakan nyeri, atau mengalami perubahan bentuk pada sendi, segera konsultasikan dengan ahli medis. Yang paling penting, pahami bahwa tubuh kita memiliki mekanisme luar biasa yang sering kali terdengar “aneh”, tetapi tetap alami dan tidak berbahaya—selama digunakan dengan bijak.(*)