TAJOM.ID, JAMBI – Kapolda Jambi, Irjen Pol Krisno Halomoan Siregar, menegaskan bahwa pemberantasan narkoba harus dilakukan melalui pendekatan menyeluruh dan melibatkan seluruh elemen masyarakat secara kolaboratif.
Menurutnya, peran tokoh masyarakat, tokoh adat, hingga tokoh agama sangat penting dalam menekan laju penyebaran narkoba.
“Bukan hanya polisi saja, supaya ulama-ulama maupun pendeta atau tokoh agama menyampaikan terhadap bahayanya narkoba bagi generasi muda,” kata Krisno.
Jenderal bintang dua tersebut juga menyatakan akan memberikan apresiasi kepada anggota kepolisian yang serius menangani kasus narkoba hingga pada tahap tindak pidana pencucian uang (TPPU).
Ia menekankan bahwa menangkap pelaku bukanlah tujuan akhir. Misi utama justru adalah menghentikan peredaran narkoba hingga ke akar-akarnya serta menyita hasil keuntungan dari kejahatan tersebut, agar pelaku tidak bisa kembali menjalankan bisnis haramnya.
“Setelah itu ada namanya strategi supply reduction, lewat penegakan hukum. Nah, apa yang dilakukan? Yakni tadi, menangkap lalu TPPU-kan. Karena kalau cuma nangkap-nangkap banyak. Pengalaman saya banyak barang, tapi kalau mau serius narkoba itu harus TPPU. Itu baru saya angkat tangan, baru reserse tangguh namanya,” jelasnya.
Krisno menambahkan, upaya pemberantasan narkoba di Jambi tidak bisa dilakukan oleh kepolisian saja. Diperlukan sinergi dari seluruh pihak untuk melindungi generasi muda dari bahaya narkoba.
Sebagai informasi, Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Narkoba dan Kejahatan mencatat bahwa Indonesia merupakan salah satu pusat utama penyelundupan narkoba. Meskipun memiliki beberapa undang-undang narkotika paling ketat di dunia, Indonesia tetap menjadi target utama sindikat narkoba internasional, terutama karena jumlah penduduk muda yang besar.