• Latest
  • All
  • Artikel
  • Politik
  • Pendidikan
  • Hukum

Mahasiswa UNJA Soroti Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas PT TPL, Desak Pemerintah Ambil Sikap Tegas

14/05/2025

Momentum HUT RI, DPP GMNI sebut siap jadi garda terdepan

17/08/2025

Wali Kota Maulana Kukuhkan 56 Paskibraka Kota Jambi untuk HUT ke-80 RI

15/08/2025

WALHI Jambi dan Barisan Perjuangan Rakyat Sampaikan Pesan Penolakan PT. SAS di Festival Layang-Layang

14/08/2025

Wali Kota Jambi Paparkan Festival Tumpah Ruah dan Kampung Bahagia di Forum AGMF 2025 Kuala Lumpur

13/08/2025

Pemkot Jambi Bagikan 10.250 Bendera Merah Putih, Semarakkan Gerakan 10 Juta Bendera

11/08/2025

Mulai Pembangunan, Pots Padel by Pusako Siap Jadi Ikon Baru Sport & Lifestyle di Kota Jambi

10/08/2025

Usai Terpilih, DPP GMNI Bangun Sinergitas Bersama Ombusman RI

10/08/2025

Dari Kerinci untuk Nusantara: Wali Kota Jambi Resmikan Grand Opening Dendeng Batokok ‘Pusako Satu”

09/08/2025

Nadiya Maulana Resmi Dikukuhkan sebagai Ibunda Guru Kota Jambi

08/08/2025

Pendidikan Bukan Komuditas, Anak Desa Bukan Korban Sistem

08/08/2025
Tajom.id
No Result
View All Result
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • PEMERINTAHAN
  • PENDIDIKAN
  • HUKUM
  • EKONOMI
  • POLITIK
  • OLAHRAGA
  • Peristiwa
  • OPINI
  • ARTIKEL
Tajom.id
No Result
View All Result
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • PEMERINTAHAN
  • PENDIDIKAN
  • HUKUM
  • EKONOMI
  • POLITIK
  • OLAHRAGA
  • Peristiwa
  • OPINI
  • ARTIKEL
Home Daerah

Mahasiswa UNJA Soroti Kerusakan Lingkungan Akibat Aktivitas PT TPL, Desak Pemerintah Ambil Sikap Tegas

by Redaksi
14/05/2025
in Daerah
0

TAJOM.ID, JAMBI – Rijal Lumban Gaol, mahasiswa Universitas Jambi (UNJA) menyatakan keprihatinannya terhadap kerusakan lingkungan yang terus meluas di kawasan Tanah Batak. Ia menyoroti aktivitas PT Toba Pulp Lestari (TPL), perusahaan yang telah beroperasi sejak 1983 di Provinsi Sumatera Utara, sebagai penyebab utama krisis ekologis di wilayah tersebut.

Kerusakan yang ditimbulkan, antara lain berupa banjir bandang, tanah longsor, pencemaran tanah, air, dan udara, hingga hilangnya lahan produktif milik masyarakat adat. Dampak tersebut, menurut Rijal, semakin hari semakin parah dan mengancam keberlangsungan hidup masyarakat lokal.

Gelombang penolakan terhadap PT TPL pun terus disuarakan oleh para aktivis dan kelompok peduli lingkungan dengan slogan “Tutup TPL” sebagai bentuk solidaritas atas kerusakan yang terjadi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 307/Menlhk/Setjen/HPL.0/7/2020, PT TPL menguasai konsesi hutan seluas 167.912 hektare. Namun di lapangan, wilayah konsesi ini masih kerap tumpang tindih dengan lahan adat, memicu konflik berkepanjangan.

“Saya sebagai putra Tanah Batak sangat prihatin atas kerusakan yang ditimbulkan oleh PT TPL yang beroperasi di berbagai daerah. Banyak pihak telah dirugikan, termasuk masyarakat adat seperti Sorbatua Siallagan dari Sihaporas, Dolok Parmonangan, yang harus berhadapan dengan pengadilan karena menyuarakan penolakan terhadap TPL,” kata Rijal.

Ia juga menyinggung sejumlah bencana dan konflik yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, seperti banjir di Tapanuli Utara (30 Desember 2024), tanah longsor di Bakkara (2 Desember 2023), serta konflik agraria di Kecamatan Parlilitan.

Kasus kekerasan dan pemblokiran akses hutan adat oleh PT TPL terhadap masyarakat adat Nagasaribu Onan Harbangan dan Pohan Jae, Kecamatan Siborongborong, juga disebut sebagai bukti nyata dari ketimpangan relasi antara korporasi dan warga.

“Kami sangat mengharapkan perhatian serius dari pemerintah pusat, khususnya Presiden Prabowo, untuk menindaklanjuti persoalan ini. Apalagi beliau mengusung konsep ekonomi hijau dalam delapan Asta Cita yang dicanangkan,” tegas Rijal.

Ia juga menyatakan dukungannya terhadap perjuangan para aktivis lingkungan, termasuk suara tegas dari Ephorus HKBP Pdt. Victor Tinambunan, LSM, perguruan tinggi, dan masyarakat sipil yang menolak keberadaan PT TPL.

Meski PT TPL disebut telah memberikan lapangan kerja bagi sebagian warga, Rijal menilai hal tersebut tidak sebanding dengan kerusakan ekologis yang terjadi di kawasan Danau Toba.

“Maka dari itu, saya mengajak seluruh lapisan masyarakat adat Batak untuk bersama-sama menyuarakan penolakan terhadap TPL. Jangan takut bersuara. Tanah ini milik kita, bukan milik TPL,” seru Rijal.

Melalui media sosial, Rijal mengajak masyarakat luas untuk menyuarakan keprihatinan yang sama. Ia menutup pernyataannya dengan slogan: “Arga do Bona Ni Pinasa Di Akka Na Bisuk Marroha”—yang berarti: jika kita mencintai rumah kita, sudah sepatutnya kita bersatu melawan pihak-pihak yang merusaknya. (*)

Tags: Toba Pulp LestariTUTUP TPL
Share200Tweet125SendScan
Previous Post

Lagi, GBRK Desak Kejati Usut Dugaan Korupsi 20 Miliar Proyek Rehabilitasi Masjid Agung Tanjabtim

Next Post

AMEIZING DEAL! 2 Unit Terakhir Ruko Premium di Jambi Business Center, Cuma Rp1,99 M Selama Mei !

Related Posts

No Content Available
Next Post

AMEIZING DEAL! 2 Unit Terakhir Ruko Premium di Jambi Business Center, Cuma Rp1,99 M Selama Mei !

Kunjungi Polres Bungo, Kapolda Jambi Dorong Inovasi dan Perangi Narkoba

Mantap ! Waka DPRD Kota M Yasir Dukung Pembentukan Koperasi Merah Putih

Musoprov Koni Jambi Deadlock : Koni Pusat Ambil Kendali

Pemprov Jambi jalin kerja sama dengan FAO deteksi penyakit ikan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Arsip

Kalender

August 2025
MTWTFSS
 123
45678910
11121314151617
18192021222324
25262728293031
« Jul    
Tajom.id

Copyright © 2025 Tajom.id

  • Beranda
  • Kode Etik
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Tentang Kami
  • Perlindungan

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • NASIONAL
  • DAERAH
  • PEMERINTAHAN
  • PENDIDIKAN
  • HUKUM
  • EKONOMI
  • POLITIK
  • OLAHRAGA
  • Peristiwa
  • OPINI
  • ARTIKEL

Copyright © 2025 Tajom.id