TAJOM.ID, JAMBI – Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada Rabu (24/6/2025), Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Oase Fakultas Hukum Universitas Jambi (UNJA) menggelar kegiatan penanaman pohon sebagai aksi konkret pelestarian lingkungan. Kegiatan ini berlangsung di Dusun Suka Menanti, Kecamatan Muaro Pijoan, mengusung tema “Muda Berkarya, Alam Terjaga: Aksi Nyata Menjaga Lubuk dan Menanam Pohon.”
Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara Mapala Oase, Nusantara Fund, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), serta melibatkan Mapala Caldera dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat. Sebanyak 21 peserta turut serta, terdiri dari anggota Mapala Oase, perwakilan Mapala Caldera, relawan mitra, serta satu orang perwakilan Pokdarwis yang mendampingi penanaman di lokasi lokasi strategis.
Sebanyak 600 bibit pohon berhasil ditanam di tiga titik berbeda, yakni area Lubuk Larangan Guci Emas, lapangan Dusun Suka Menanti, dan kawasan sekitar Aula Seni Lubuk Guci Emas. Bibit yang ditanam terdiri dari 400 pohon keras seperti tembesu (Fagraea fragrans), mahoni (Swietenia mahagoni), dan bulian (Eusideroxylon zwageri), serta 200 bibit pohon konsumsi seperti mangga, jambu, dan tanaman sayuran lokal.
Pemilihan jenis dan lokasi penanaman dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik ekologi setempat, termasuk fungsi kawasan sebagai bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan konservasi perairan tradisional atau lubuk larangan. DAS yang sehat berperan penting dalam menjaga keseimbangan hidrologis, mencegah sedimentasi, serta melindungi keanekaragaman hayati. Sementara itu, lubuk larangan dalam konteks budaya lokal merupakan bentuk kearifan tradisional yang secara turun-temurun dijaga masyarakat sebagai wilayah suci yang tidak boleh dieksploitasi secara bebas.
Dengan demikian, kegiatan ini memiliki nilai ekologis sekaligus sosial-kultural, karena memperkuat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis nilai-nilai lokal berkelanjutan.
Ketua Pokdarwis, Juanda, menyampaikan apresiasi dan harapan agar kegiatan serupa dapat menjadi program berkelanjutan yang tidak berhenti pada tahap penanaman saja. Ia menekankan pentingnya pemantauan pertumbuhan bibit secara berkala serta pelibatan masyarakat dalam proses perawatan.
“Kami sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini. Bukan hanya karena pohon-pohon yang ditanam, tetapi karena semangat gotong royong dan kepedulian generasi muda terhadap lingkungan. Harapan kami, kegiatan ini tidak hanya sekali ini saja, melainkan menjadi bagian dari program pelestarian jangka panjang,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Ketua Pelaksana kegiatan dari Mapala Oase, Bojes Fadhlur Rasyid Siregar. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk tanggung jawab moral Mapala Oase sebagai organisasi pencinta alam.
“Menjaga alam bukan sekadar slogan atau simbol. Ini adalah kewajiban kita semua. Pohon-pohon ini mungkin tidak tumbuh dalam sehari, tetapi jika dirawat dengan sungguh-sungguh, mereka akan menjadi warisan bagi generasi mendatang. Terima kasih kepada Nusantara Fund, WALHI, Mapala Caldera, Pokdarwis, serta semua pihak yang telah bersama kami di lapangan,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Mapala Oase, Arya Satria, menyatakan bahwa mencintai alam tidak dapat dipisahkan dari upaya nyata untuk menjaganya.
“Bagi kami, menjadi pecinta alam berarti menjadi penjaga masa depan. Ini bukan hanya tentang mendaki gunung atau menjelajah hutan, tetapi tentang memastikan bahwa hutan dan gunung itu tetap lestari dan tidak hilang. Kami ingin meninggalkan warisan bukan berupa cerita nostalgia tentang alam, tetapi dalam bentuk hutan yang tetap hijau, sungai yang tetap jernih, dan udara yang tetap bersih,” tuturnya.
Arya juga menegaskan bahwa isu lingkungan hidup merupakan bagian dari isu hukum dan hak asasi manusia, sebagaimana tercantum dalam Pasal 28H ayat (1) dan Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menjamin hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat serta pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.
Kegiatan penanaman pohon ini memang belum menyelesaikan seluruh persoalan lingkungan. Namun, dari satu lubuk yang dijaga, satu pohon yang ditanam, dan satu kolaborasi yang dibangun—terbit harapan dan semangat untuk Indonesia yang lebih hijau, lebih sadar, dan lebih berdaya. Mapala Oase bersama mitra-mitranya percaya bahwa perubahan besar selalu dimulai dari langkah kecil.
Dengan semangat “Muda Berkarya, Alam Terjaga”, mereka tidak hanya menanam pohon, tetapi juga menanam nilai, pengetahuan, dan cinta—yang kelak tumbuh menjadi hutan yang melindungi.(*)